BLOGERMANIAK

Senin, 05 April 2010

ROKOK DAN KEMISKIAN

Tiga dari empat keluarga miskin mengalokasikan anggaran rumah tangga untuk rokok. Survei Sosial Ekonomi Nasional bahkan mencatat, pengeluaran untuk rokok lebih besar dibandingkan untuk belanja harian dan biaya pendidikan. Jadi merokok bukan hanya berbahaya bagi kesehatan tapi juga bagi ekonomi masyarakat. Laporan reporter Mustakim dari KBR68H.

Siang itu, Supriyani duduk terpekur di warung makannya di bilangan Manggarai, Jakarta Pusat. Warungnya berupa tenda ukuran 1x2 meter, di pinggir jalan. Ada beberapa kursi plastik dan etalase makanan dari kaca yang sudah tampak lusuh.

Sembari menunggu pembeli, ibu 3 anak ini asik menikmati rokok yang terselip di jarinya. Asap mengepul. Supriyani mengaku sudah kecanduan rokok sejak kecil:

"Awalnya saya sih nyoba-nyoba namanya anak SMP, cuman dulu masih bisa dihindarkan. Nah kesananya aku nyoba-nyoba lagi eh lama-lama keterusan sampai sekarang."


Perokok Berat
Semula Supriyani merokok sembunyi-sembunyi. Takut dimarahi orangtua. Tapi setelah menikah dengan Ngadiyono, ia merasa lebih bebas merokok, kapan pun, di mana pun. Supriyani tergolong perokok berat. Sehari, ia bisa menghabiskan 4 bungkus rokok, sekitar 48 batang tiap hari. Kadang sampai 6 bungkus.

Supriyani rata-rata mengeluarkan uang sekitar 35 ribu rupiah untuk rokok. 4 bungkus sampai malem. Bangun tidur buang air besar saja sudah dua batang. Sejam lagi dua batang. Pokoknya sekali ngisep dua batang dua batang. Dulu pernah 5 sampai 6 bungkus sehari.

Meski punya usaha warung nasi, Supriyani masih bergantung pada pemasukan suaminya yang bekerja sebagai pemulung. Sebab kata dia, penghasilan dari warung nasi tak tentu. Apalagi warung nasinya juga masih baru, baru buka dua pekan.

Dalam sehari, suaminya bisa membawa pulang uang 50 ribu rupiah. Dipadukan dengan pendapatan dari warung nasi, uang yang terkumpul tetap tak cukup untuk membiayai kebutuhan keluarga, dengan dua balita dan satu anak yang duduk di kelas 1 SMP.

Lebih Baik Tidak Makan
Walau pendapatan minim Supriyani tetap merokok. "Lebih baik tidak makan daripada tidak merokok," kata dia. "Sebagai perokok yang sudah kecanduan, harus tetap merokok dengan cara apapun. Kalau enggak punya rokok, ngebon dulu di warung," tuturnya.

Menjelang sore, suami Supriyani Ngadiyono pulang. Sambil menarik gerobaknya yang berisi berbagai barang bekas, dia sempatkan menyapa anaknya yang berumur sekitar empat tahun. Ia mengeluhkan kebiasaan merokok istrinya yang mulai menggerogoti anggaran rumah tangga.

Suami Mengeluh
Berbeda dengan istrinya, Ngadiyono tidak merokok. "Banyak keluhannya. Anaknya 3 jajannya aja sehari ga cukup 30 ribu, untuk yang kecil. Belum yang SMP. Sudah saya sarankan ga usah merokok. Kasihan. Daripada buat merokok lebih baik buat jajan anak, saya bilang gitu, buat beli susu dua hari sekali beli susu 12 ribu. Pusing mikirnya. Belum biaya anak sekolah." Keluh Ngadiyono.

Keluhan Ngadiyono cocok dengan data Departemen Pertanian tahun 2008 yang menyebutkan konsumsi susu di Indonesia paling rendah se-Asia Tenggara, hanya 9 liter per tahun. Karena uang rumah tangga terlanjur lari ke rokok, tak jarang Ngadiyono serta anak-anaknya harus makan ala kadarnya.

Bukan cuma Supriyani yang menganggarkan uang lebih banyak untuk rokok, ketimbang untuk kebutuhan hidup lainnya. Jurnal internasional Gizi dan Kesehatan Masyarakat pada Januari 2007 mencatat pengeluaran mingguan keluarga miskin kota untuk rokok sangat besar; melebih belanja beras dan asupan sehari-hari.

Survei LSM Hellen Keller International dan Yayasan Indonesia sehat juga menyebutkan, 3 dari 4 keluarga miskin adalah perokok. Konsultan Senior Hellen Keller Dokter Roy Tjiong mengatakan,

"kebutuhan rokok ini menggerus belanja rumah tangga dan pendidikan. Belanja rokok masih lebih besar dibanding belanja lauk ditambah pendidikan ditambah kesehatan. Artinya rokok telah menjadi komoditi inelastik, cuma di bawah beras sehingga dianggap sebagai kebutuhan pokok. Apa yang terjadi sebenarnya rokok telah berhasil memposisikan diri dalam bahasa marketing menjadi produk yang elastik sehingga apapun dikejar."

Balita Korbannya
Jika satu keluarga, dengan anak-anak yang masih balita, mengalokasikan lebih banyak uang untuk rokok daripada untuk makanan, maka ada jutaan balita yang terancam kekurangan gizi. Belum lagi penyakit yang ditimbulkan asap rokok. Ini bukan sekadar menakut-nakuti, Roy Tjiong punya datanya. Tingkat kematian bayi dalam keluarga perokok lebih tinggi dibandingkan bayi dari keluarga yang tidak merokok.

"Menurut penghitungan, kebiasaan merokok berkontribusi pada peningkatan kematian bayi dan balita. Resiko kematian balita meningkat 14 persen di daerah kumuh perkotaan. Dan 24 persen di pedesaan dan secara agregat menyumbang pada kematian 32.400 balita pertahun. Kajian di luar memperlihatkan bahwa rokok menyumbang pada kematian mendadak pada bayi, menyumbang pada meningkatnya serangan asma dan resiko infeksi saluran pernafasan akut."

Ini adalah persoalan serius, terutama keluarga miskin. Sebab menghisap sebatang rokok artinya membuka lebar-lebar kemungkinan sakit, juga terus berkutat dalam kemiskinan.


Generasi Yang Hilang

Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia Arum Atmawikarta mengatakan,

"kalau begini terus, maka masa depan generasi mendatang bakal buram. Lost generation artinya generasi yang hilang atau generasi yang sia-sia. Jadi generasi yang tidak mempunyai kemampuan fisik yang kuat, tidak mempunyai kemampuan intelektual yang kuat dan yang produktifitasnya rendah."

Selain mengancam gizi dan meningkatkan resiko kematian balita, rokok juga mengancam pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pengamat ekonomi pembangunan, khususnya soal dampak rokok, Setyo Budiantoro mengatakan:

"Rokok di samping berdampak buruk pada kesehatan juga menyerap ekonomi masyarakat miskin yang sudah sangat terbatas. Jadi membebankan dirinya sehingga mereka terjebak dalam perangkap lingkaran setan. Jadi semakin memiskinkan."

"Pemerintah memang punya banyak program yang diniatkan untuk mengentaskan kemiskinan. Tapi bila pola konsumsi rokok tidak diubah," kata Setyo, maka tidak akan ada perubahan signifikan.

Dilarang?
Dari pinggir rel kereta api Manggarai, Supriyani berjanji akan mengurangi konsumsi rokoknya. Syaratnya, pemerintah serius menjalankan aturan larangan merokok. "Kalau ada larangan kita sebagai perokok, bisa berhenti. Karena kalau kena denda lebih baik ga usah merokok."

Jumat, 06 November 2009

Turen Bersedih


Hari ini saya jujur dalam hal apa pun, saya paling belakang......

telek untuk itu, laso untuk semuanya.....
kan ku gapai mimpiku dngn tngnku sndiri........

mlm ini sy mengaku sy menyerah......... TAI LASO...............
kpn2 kita bisa gabung lg untk bersama lg......

Minggu, 17 Mei 2009

Award just from me to all my friends

Hari ini saya mendapat award dari teman-teman blogger.
Terima kasih banyak kepada Able.cs dan Rizky.cs, tingkatakan pren.......

Ke-6 Blognya:











My friend's:
  1. Xara
  2. David
  3. 4bang
  4. Indonews4u
  5. pupuk-ajaib
  6. vistasanjacinto
  7. rebel-site
  8. girltalkgifts
  9. Crystal

Caranya Gampang aja kok pren :
1. Letakkan gambar awardnya di blogmu.
2. Pasang link ke pemberi award.
3. Sebarkan award ini ke blog lainnya.
4. Pasang link ke penerima award.
5. Tinggalkan pesan di shoutbox atau post comment.


GOOD LUCK
&
PEACE ALL

Kamis, 07 Mei 2009

KEMENANGAN BARCA TIDAK BISA LEPAS DARI PERAN WASIT


hmm........
Apa mau dikata!

kemenangan Barca menghasilkan kontroversi, mengapa?

Ternyata wasit yang seharusnya menjadi pemimpin pertandingan dinilai berpihak!?
Apa kata Dunia??????
sehingga wasit tersebut mau tidak mau di karantina untuk alasan keamanan, hahahahahaha......
kyak org yg terkena flu babi aja!!

CHELSEA cuma tertawa dlm hati memberikan HADIAH besar bagi BARCA


ea............

Hari ini hari besar untuk para pendukungnya Barca!
Dari pada diam to' melihat kekalahan mending ngeblog se'.........

wkwkkkwkwkwkwkwk
ungkapakan rasa sedih yg mendalam!!!

balaskan dendam kami MU!!!

Sungguh terlalu , Anak Salatiga belajar SEO! Roma angakat bicara!!!


WOW..... ^.^ "Sungguh terlalu"!!!!

Anak Salatiga kayaknya sedang demam ngeblog nich!!

Postingannya aja bermacam-macam sampai ada yg berlomba buka detik.com untuk mendapatkan iformasi yg baru agar peringkat SEO-nya paling atas!!!!!

kyaaaaaa..... macam mana pula!!!!
klo jauh-jauh datang diSalatiga (bagi yang di luar jawa) cuma cari ilmu to'!!!

pusing............ mau ngapain ??? saatnya Mari kita belajar SEO!!!

Sabtu, 02 Mei 2009

Ketika kecanduan menyerang???

Buat kamu yang suka ngerokok, sulit rasanya ngilangin kenikmatan ngerokok. Kayak iklan satu rokok, dibayangin mulai dari aromanya, sentuhan pada permukaan kertasnya, sampai ngisepnya. Disedot perlahan, lalu dihembuskan juga perlahan. Ada sensasi unik yang cuma bisa dirasakan para perokok. Apalagi kalau hawa lagi dingin, atau abis makan, bawaannya pengen ngerokok mulu. Nggak heran jumlah orang yang kecanduan ngerokok banyak banget. Warga Mesir menghabiskan sekitar US$1,08 miliar atau sekitar Rp 10,8 triliun setiap tahunnya untuk merokok. Bila dirata-rata, sekitar 22% penghasilan setiap orang hanya untuk membeli rokok, kata Menteri Kesehatan Mesir Ismail Sallam kepada surat kabar pemerintah Al-Ahram (3/3). Menurut data pada 2001, Mesir, yang berpenduduk hampir 68 juta orang, mengonsumsi sekitar 85 miliar batang rokok setiap tahun. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sekitar delapan persen setiap tahun.

Konsumsi rokok di Indonesia, terutama untuk perokok pemula, tumbuh paling pesat di dunia. Adapun persentase konsumsi rokok tersebut, yakni 44% perokok usia 10 - 19 tahun dan 37% usia 20 - 29 tahun. Penerimaan cukai rokok pada tahun 2000 mencapai Rp 10,27 triliun, sedangkan belanja kesehatan akibat merokok sesuai data dari Ditjen POM Depkes pada tahun yang sama mencapai Rp 11 triliun.

Sebuah survei yang dilakukan Synovate-AsiaBUS seperti dilansir Daily Research News Online menunjukkan kalau Indonesia itu ‘surga’ buat para perokok. Survei bulanan ini diperkenalkan pada Januari 2003 dengan jumlah responden 1.000 orang dari 4 kota besar di Indonesia. Survei itu menunjukkan bahwa 60% populasi pria dewasa mengaku merokok. Sedangkan kaum wanita yang merokok sebanyak 4%. “Merokok sangat jarang dilakukan perempuan Indonesia," kata Robby Susatyo, Managing Director Synovate Indonesia. Sedangkan rata-rata rokok yang dihabiskan perempuan yang merokok sebanyak 6 batang per hari. Sedangkan pria Indonesia rata-rata menyedot 9 batang rokok per hari.

Ironinya, survei itu juga menunjukkan bahwa 100% perokok menyadari bahaya merokok. Semua responden mengetahui peringatan pemerintah. Namun, mereka sulit untuk menghentikan kebisaan merokok itu. Sebanyak 2/3 perokok setuju dengan statemen “Saya kecanduan rokok”. Jadi, tidak mengagetkan jika mayoritas perokok mengatakan mereka telah putus asa untuk berhenti merokok, dan mayoritas mereka yang berusaha stop rokok, berakhir dengan kegagalan.

Padahal, dampak merokok pada kesehatan terbilang parah banget, coy! Tidak kurang dari 4.000 zat kimia beracun masuk ke dalam badan lewat merokok! Bisa dibayangkan, bila seseorang merokok, maka rongga mulutnya bak wadah limbah kimia saja. Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas (85 persen) dan partikel. Nikotin, gas karbonmonoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida, amoniak, akrolein, asetilen, benzaldehid, urethan, benzen, methanol, kumarin, 4-etilkatekol, ortokresol, dan perylene adalah sebagian dari beribu-ribu zat kimia di dalam rokok.
Komponen gas asap rokok adalah karbonmonoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol, dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi, dan menimbulkan kanker (karsinogenik).

Untuk kita sebutin satu persatu jelas kagak mungkin, tapi sebut deh nikotin. Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Di Amerika Serikat, rokok putih yang beredar di pasaran memiliki kadar 8-10 mg nikotin per batang, sementara di Indonesia berkadar nikotin 17 mg per batang.
Terus ada timah hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh!

Sementara itu orang yang mengisap asap rokok alias jadi perokok pasif, justru malah tidak aman. Efek racun pada rokok ini membuat pengisap asap rokok mengalami resiko (dibanding yang tidak mengisap asap rokok) 14x menderita kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan, 4x menderita kanker esophagus, 2x kanker kandung kemih, 2x serangan jantung.

Jangan lupakan juga faktor ekonomisnya. Entah sudah berapa ratus ribu uang yang dihabiskan seorang perokok dalam sebulan. Seandainya sehari ia menghabiskan 1 bungkus rokok seharga 5 ribu perak, berarti 150 ribu rupiah uang ia keluarkan, atau 1,8 juta rupiah pertahun. Bagaimana kalau sehari ia menghabiskan 2 bungkus, gimana juga kalau rokoknya kelas elit? Hitung sendiri deh. Nah, sobat cowok, masih mau nerusin kebiasaan ngerokok? Pikir-pikir lagi deh. Lagian, nggak ada korelasinya antara rokok ama kejantanan. Bahkan terbukti rokok menyebabkan impotensi. Hiii!


Subscribe